SenjaKala Wikia
Advertisement

Bagi warga pedalaman di Kalimantan, termasuk Kalimantan Timur mempercayai tentang adanya ular raksasa berkepala seperti lembu atau kerbau itu, di kawasan Serawak disebut Nabau atau di pedalaman Mahakam dan wilayah Kutai Kartanegara disebut Ular Naga Lembu. Masyarakat percaya bahwa terdapat seekor ular naga raksasa yang menjaga sungai tersebut. Konon katanya, saking besarnya naga tersebut, disebutkan bahwa kepalanya ada di Kota Tenggarong dan ekornya sampai Kota Samarinda.

Sebagai wujud kepercayaan masyarakat tersebut, maka diadakanlah ritual peluncuran Naga Erau di Sungai Mahakam yang disisipkan sebagai salah satu bagian dari rangkaian upacara adat Erau di Kota Tenggarong, Kab Kutai Kartanegara.

Legenda[]

Seperti yang diceritakan pada Legenda mengenai Ular naga Erau dan Putri Karang Melenu. dikisahkan pada jaman dahulu kala sepasang suami Istri yaitu Petinggi Hulu Dusun dan istrinya tidak dikarunia anak dan memohon kepada dewa agar diberi keturunan. lalu terjadilah hujan selama 7 hari 7 malam. Karena kehabisan persediaan kayu bakar Petinggi hulu dusun ingin membelah kayu kasau untuk kayu bakar mereka. disaat itu ia menemukan ulat kecil sedang melingkar dan memandang kearahnya dengan matanya yang halus, seakan-akan minta dikasihani dan dipelihara. lalu pada saat ulat itu diambil Petinggi, keajaiban alam pun terjadi. Hujan yang tadinya lebat disertai guntur dan petir selama tujuh hari tujuh malam, seketika itu juga menjadi reda. Hari kembali cerah seperti sedia kala. Lalu dipeliharalah Ulat kecil tadi dengan baik oleh keluarga Petinggi Hulu Dusun. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, ulat itu membesar dengan cepat dan ternyata ia adalah seekor naga.

Pada suatu malam petinggi hulu bermimpi bertemu dengan seorang wanita cantik yang meminta petinggu hulu tersebut untuk melepas naga tersebut dan meminta untuk mengikutinya. ketika bangun petinggi hulu dan istrinya mengikutinya hingga kesungai. seketika itu juga muncullah bayi perempuan dalam sebuah gong bersama dengan Lembuswana seketika itu juga Ular naga Erau dan Lembuswana menghilang. bayi wanita tersebut diberi nama Puteri Karang Melenu yang kemudian nanti akan menjadi istri raja Kutai Kartanegara yang pertama, Aji Batara Agung Dewa Sakti.

Festival Erau[]

Suasana dermaga

Erau berasal dari bahasa lokal/daerah etnis Kutai, dan disebut juga EROH yang berarti ramai, hilir mudik, bergembira, berpesta ria. Erau dilaksanakan secara adat oleh Kesultanan atau kerabat kerajaan dengan maksud tertentu dan diikuti oleh seluruh masyarakat umum dalam wilayah administratif kesultanan. Biasanya dilaksanakan jika ada sesuatu yang membahagiakan Kesultanan. Misalnya, penobatan raja, Sultan dapat anak laki-laki, hilangya wabah penyakit, dan lain sebagainya. Erau juga dapat dimaknai sebagai ucapan rasa syukur kepada Sang Pencipta.

Festival Erau bisa dilaksanakan kapan saja, tergantung kehendak Sultan. Namun sejak 1970-an, Erau biasanya digelar pada bulan September karena juga sekaligus memeriahkan hari jadi Kota Tenggarong. Adapun sejak 2009, pelaksanaan Erau digeser menjadi bulan Juli bertepatan dengan musim liburan sekolah dan hal itu sesuai arahan Kementerian Pariwisata RI tahun 2009.

Advertisement